top of page

BERDAMAI DENGAN KEGAGALAN


Dalam hidup ini tentu kita semua pernah mengalami suatu keadaan yang seringkali kita sebut sebagai kegagalan. Entah itu karena kita pernah melakukan suatu kesalahan atau karena kita sedang tak berhasil mengatasi rintangan. Pernah mengalami hal ini? Saya pun pernah, sering malah :D

Lalu kalau sudah mengalaminya, apakah harus berhenti dan menyerah kalah? Atau karena mengalaminya membuat kita memperlakukan diri kita sendiri dengan tak ramah?

Baiklah, tak apa jika sejenak rasanya ingin menghela nafas kala mengingat peristiwa yang mungkin tak mengenakkan. Karena biasanya kegagalan bisa hadir dalam hidup kita dengan disertai berbagai macam perasaan. Sebut saja, yang muncul mungkin rasa sedih, takut, marah, cemas, kalut, gelisah, dan masih banyak lagi perasaan lainnya yang tentunya memang akan terasa tak nyaman.

Jika perasaan-perasaan tersebut sedang muncul dalam diri, maka izinkanlah. Biarkan diri menyadari emosi-emosi yang hadir, dan akuilah. Tak apa merasakan ketidaknyamanan rasa ini sebentar saja. Sembari menyadari rasanya, kenali dan namai emosinya. “Ya, sekarang saya sedang merasa sedih”, misalnya.

Setelah mengenali emosi yang sedang terasa, cobalah untuk menyadari pikiran apa yang telah memicu perasaan ini. “Saya merasa sedih karena saya telah mengalami kegagalan dan tak punya harapan lagi”, misalnya. Nah, dengan menyadari pikiran yang mendasari perasaan tak nyaman yang sedang terasa, kita pun dapat secara sadar untuk memilih mau mempertahankan pikiran itu atau menggantikannya dengan pikiran lain yang jauh lebih memberdayakan.

Bingkailah ulang pikiran-pikiran yang tak memberdayakan. Gantilah kata “Kegagalan” menjadi “Umpan Balik”, misalnya. Ya, ubahlah menjadi pikiran bahwa, “Tak ada yang namanya kegagalan, yang ada hanyalah umpan balik dan dari situasi ini saya bisa mengambil banyak pelajaran untuk menjadi lebih baik lagi di masa depan”. Untuk menjadikan pikiran ini terinstall dalam diri, ulangilah kalimat afirmasi ini terus menerus hingga pikiran ini bisa diyakini, diucapkan, dan dilakukan.

Saat diri mampu membingkai ulang kata kegagalan dan mengubah maknanya sebagai umpan balik, di titik itulah diri bisa merasa lebih berdaya untuk belajar hal baru dan berproses untuk mengubah tindakan. Tentunya tindakan-tindakan yang berbeda sebagai hasil dari pembelajaran, sehingga memungkinkan dapat menghadirkan hasil-hasil yang berbeda pula.

Ya, kegagalan yang dimaknai sebagai umpan balik, dapat menjadi ruang bagi diri untuk belajar, bangkit, dan bertumbuh. Menerima kegagalan yang terjadi sebagai umpan balik memberi diri kita kesempatan kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya untuk bertindak berbeda dalam meraih keberhasilan.

Maka dikala kegagalan itu hadir, rangkullah ia sebagai teman baik, berdamailah, dan belajarlah darinya. Syukuri pelajaran yang datang bersamanya yang bisa menjadi bekal bagi diri kita untuk bertumbuh dan melesat lebih hebat dari sebelumnya.

“If you don’t have room to fail, you don’t have room to grow”

-Jonathan Mildenhall-

bottom of page