top of page

CIPTA RASA BAHAGIA (Bagian 2)

“Happiness depends upon ourselves.”

-Aristotle-


Jika di artikel bagian pertama kita sudah memahami apa itu kebahagiaan, bentuk-bentuk kebahagiaan, dan berbagai manfaat dari kebahagiaan, maka pada artikel bagian kedua ini, kita akan membahas mengenai apa sebab manusia bisa merasakan kebahagiaannya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sonja Lyubomirsky, seorang positive psychologist yang menulis buku “The How of Happiness”, ditemukan bahwa kebahagiaan manusia ditentukan oleh gen sekitar 50%, keadaan lingkungan hanya sebesar 10%, dan pilihan tindakan, sikap, atau cara dalam mengatasi situasi sebanyak 40%. Terkait kebahagiaan yang disebabkan oleh gen, memang ada kebahagiaan yang telah tercetak di dalam gen setiap orang dengan level yang berbeda-beda. Ada orang-orang yang sudah memiliki kecenderungan untuk berbahagia tanpa harus melakukan usaha yang keras. Dari hasil penelitian ini juga dapat terlihat bahwa kebahagiaan seseorang yang ditentukan oleh faktor genetik bersifat sulit untuk dikendalikan, sedangkan faktor keadaan lingkungan dan pilihan tindakan dinilai dapat lebih mudah untuk dikendalikan oleh manusia dalam meraih kebahagiaannya.


Selain itu, Shawn Achor dalam bukunya berjudul “Happiness Advantage” menyebutkan bahwa kebahagiaan dapat muncul ketika kondisi otak positif yang membuat otak bekerja dengan lebih maksimal. Hal ini senada dengan Martin Seligman, yang mengungkapkan konsep Flourishing, sebuah keadaan ketika seseorang menunjukkan perkembangan diri yang optimal, dimana fungsi-fungsi berjalan dengan sangat baik. Keadaan ini ditentukan oleh adanya emosi positif, kelekatan, relasi yang positif, kebermaknaan hidup, dan pencapaian atau prestasi.


Emosi positif atau Positive emotion, disebabkan oleh kenikmatan atau kesenangan fisik dan mental. Kesenangan fisik contohnya nikmat tidur nyenyak setelah kelelahan atau nikmat kenyang setelah makan. Kesenangan mental misalnya berhubungan dengan intelektualitas atau berupa kreativitas yang muncul dari dalam diri.


Lalu, kelekatan atau Engagement, ditentukan oleh kondisi ketika seluruh perhatian atau fokus diri baik fisik maupun psikis secara total hanyut menyatu dalam sebuah aktivitas tertentu. Kelekatan ini memunculkan perasaan puas yang dapat tercapai melalui komitmen serius, kecerdasan, kreativitas, disiplin diri, dan lain sebagainya. Contohnya adalah pendaki gunung yang gemar mendaki gunung yang sangat tinggi atau seniman yang produktif menghasilkan banyak karya seni.


Kemudian hubungan positif atau Relationship, sebagai salah satu sumber kebahagiaan yang terbesar. Ikatan diri dengan keluarga dan teman dapat memelihara dan mendukung kebahagiaan seseorang. Selain itu, hubungan dan keyakinan kepada Tuhan juga bisa memunculkan kekuatan besar yang memicu kebahagiaan.


Selanjutnya adalah hidup yang bermakna atau Meaning, manusia bertindak dengan didorong oleh makna kehidupan yang ada dalam dirinya dan keyakinan yang ia percayai. Menjalani kehidupan yang sesuai dengan nilai-nilai yang diyakini dapat menghasilkan rasa bahagia.


Dan yang terakhir adalah pencapaian, prestasi, atau Accomplishment yang disebabkan oleh sikap optimis yang ditunjukkan sebelum keinginan diri menjadi sebuah kenyataan. Adanya rasa puas yang muncul karena berhasil mencapai sesuatu yang diharapkan.


Setelah kita mengetahui sebab-sebab dan komponen dari kebahagiaan, maka dapat kita simpulkan bahwa setiap dari kita mempunyai pilihan untuk fokus pada faktor penentu kebahagiaan yang dapat kita kendalikan. Kita bisa memilih untuk mengatur lingkungan yang masih dapat kita kontrol. Kita bisa memilih sikap atau tindakan tertentu untuk mencapai kebahagiaan. Kita juga bisa memilih melakukan aktivitas yang dapat memicu kebahagiaan. Aktivitas-aktivitas yang dapat menghadirkan emosi positif, kelekatan, relasi positif, makna, dan juga pencapaian.


Nah, kira-kira aktivitas-aktivitas apa sajakah yang dapat dilakukan untuk menciptakan dan meningkatkan kebahagiaan dalam diri kita? Penasaran? Yuk, ikuti pembahasannya di artikel bagian selanjutnya.. (Bersambung)


“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”

(QS. Ar Ra’d: 11)

bottom of page